Layar Kampus Juni 2020 (Sebuah Notulensi)

Di malam minggu pertama bulan Juni 2020, tepatnya pukul 16.25—17.05, berlangsung suatu diskusi seru di LIVE Instagram Sinematografi UI yang dipandu oleh Andra (Sinematografi `16). Diskusi seru yang dimaksud merupakan diskusi bersama Ridho Azka selaku produser dari salah satu film pendek karya Sinematografi UI, yang berjudul “ 7 Hari Menuju Gerhana “. Ridho kemudian memperkenalkan dirinya sebagai anggota Sinematografi UI angkatan 2016.  

Dengan dipandu Andra, Ridho Azka membagikan pengalamannya selama proses pembuatan film 7 Hari Menuju Gerhana. Awalnya, Ridho Azka bercerita tentang sumber inspirasi film ini, kemudian ia menceritakan proses produksi yang memakan waktu satu hari dari pagi sampai malam. Proses produksi merupakan tahapan yang paling melelahkan sekaligus paling menyenangkan ujar nya, banyak rintangan yang harus dihadapi saat waktu produksi seperti suara di lapangan yang menganggu kelancaran pengambilan gambar, peralatan yang seadanya serta minim nya dana untuk membayar aktor menjadi rintangan tersendiri. Tetapi di balik derita pasti ada cerita, ia bercerita bagaimana ia sangat menikmati proses produksi film ini dan berbagai memori indah yang membuat gelak tawa muncul tatkala kembali diingat lagi.

Ridho juga mengatakan bahwa ia tidak puas dengan hasil film yang diproduksi dan seharusnya bisa lebih baik lagi. Namun ia memaklumi hal tersebut, karena menurutnya waktu berbanding lurus dengan kualitas yang film yang diproduksi,lebih lanjut ia mengatakan bahwa ia cukup puas dengan film ini walaupun terdapat banyak rintangan saat memproduksinya.

Dalam diskusi ini, Ridho tidak hanya bercerita soal film 7 Hari Menuju Gerhana saja, namun ia juga bercerita mengenai naskah film miliknya yang dibuat khusus saat masa pandemi sekarang ini. Menurutnya pandemi bukanlah suatu alasan sekaligus sebagai penghalang untuk berkontribusi dalam dunia film, masih banyak hal yang bisa dilakukan seperti menulis naskah ataupun melakukan survei lokasi secara online. Lebih lanjut, ia menekankan bahwa karantina bukan alasan untuk berhenti berkarya dalam dunia film.

Ia juga memberikan opininya mengenai permasalahan industri film Indonesia, menurutnya kelemahan terbesar dalam perfilman Indonesia berada di permasalahan teknis dan non teknis, seperti finansial dan maupun ide cerita. Kedua hal tersebut merupakan masalah sekaligus penghalang dalam perkembangan Film pendek Indonesia.

Sebelum diskusi ditutup, Ridho memberikan pesan kepada anggota penerus Sinematografi UI untuk tetap belajar dan mengupayakan produksi film meskipun dalam kondisi seperti ini. Ridho menyebutkan bahwa sejatinya banyak yang mampu memproduksi film pendek dari rumah dengan bermodalkan ponsel, yang terpenting adalah beranikan diri untuk menyampaikan idemu kepada dunia melalui filmmu. Kala ditanya mengenai dana yang dibutuhkan, Ridho mengatakan untuk tidak terlalu mengkhawatirkan mengenai permasalahan dana karena pada akhirnya nanti, seberapa besar atau kecil dana yang dipakai, kualitas dan nilai film tetap lah yang menentukan film tersebut baik atau buruk, sebagai penutup Ridho berharap agar para penerusnya dalam Sinematografi UI terus memiliki semangat dalam mempelajari proses produksi film.

Demikianlah diskusi Layar Kampus. Edisi Juni 2020 berakhir. Andra, selaku moderator diskusi, memimpin jalannya diskusi dengan baik dan Ridho membagikan pengalaman juga opini yang tentunya sangat bermanfaat. Sampai bertemu di Layar Kampus edisi berikutnya!

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *