MOVIES ABOUT FEMINISM TO CELEBRATE KARTINI’S DAY

By: Gege

Seratus empat puluh tahun silam, tepatnya tanggal 21 April 1879, lahir seorang perempuan yang di masa depannya menjadi gerbang masuknya feminisme di Indonesia. Perempuan hebat tersebut bernama Raden Ajeng Kartini Djojo Adhiningrat atau yang lebih dikenal dengan nama RA Kartini. Dalam rangka merayakan Hari Kartini, Sinematografi UI akan mengajak kalian semua untuk mengenal feminisme lewat 7 film yang memuat feminisme. Check it out!

*Urutan film tidak mempengaruhi 

  1. Ladybird (2017)  

https://www.themoviedb.org

Di urutan pertama ada Lady Bird. Film yang dibintangi oleh salah satu aktris favorit penulis, yakni Saoirse Ronan serta disutradarai oleh sutradara yang terkenal di kalangan feminis Greta Gerwig (Nights and Weekends) ini merupakan salah satu film feminis yang cukup terkenal di kalangan publik. Film ini bercerita tentang seorang remaja bernama Christine (Saoirse Ronan)—yang juga dipanggil “Lady Bird”—yang tengah mencari jati dirinya dan berusaha untuk keluar dari kampung halamanya di Sacramento untuk berkuliah di luar kota. Berbagai konflik dialami oleh sang Lady Bird, mulai dari permasalahan keluarga, asmara, dan pertemanan. Dialog yang terkesan tanpa naskah alias spontan (Uhuy) membuat penonton merasa terbawa dan ikut mengalami problematika yang dialami oleh Christine. Perfoma apik Lauri Metcalf sebagai Marlon (ibu Christine) pun tidak bisa dipandang sebelah mata. Bersama Ronan, mereka menampilkan akting fantastik dalam menggambarkan hubungan rumit antara remaja rebel dengan ibu yang terlalu overprotektif.

 

 

  1. Little Woman (2019)  https://www.themoviedb.org

Di urutan kedua, ada Little Woman yang juga di sutradarai oleg Greta dan (masih) dibintangi oleh Ronan. Film ini mendapat 6 nominasi pada gelaran Oscar 2020, lho! Film ini juga diisi oleh aktor aktris kenamaan seperti Emma Watson, Florence Pugh, Timothée Chalamet dan tentu saja Meryl Streep. Little Woman merupakan film yang berkisah tentang kehidupan rumit kakak beradik keluarga March pasca perang saudara di Amerika Serikat pada tahun 1860-an. Seiring berjalanya waktu, perbedaan pandangan, keinginan dan asmara menjadi tembok Berlin dalam hubungan mereka. Film ini banyak menggunakan kilas balik untuk menjembatani adegan dengan adegan. Berkat tata rias dan kostum yang sangat menawan juga sinematografi yang sederhana ditambah dengan narasi yang nggak sepele, Little Woman berhasil membuat era 1800-an terasa bewarna dan sutradaranya betul-betul wajib diacungi jempol karena menyajikan film yang layak dinanti.

  1. Wonder Woman (2017)

https://www.themoviedb.org

Film di urutan ketiga datang dari genre superhero wanita. *Sebenarnya, penulis bimbang untuk memasukkan nama Wonder Woman atau Captain Marvel. Namun, karena mempertimbangkan pengalaman menonton, jadinya Wonder Woman, deh, yang dimasukkan ke dalam list.* Film yang dibintangi Gal Gadot dan Chris Pine  dan disutradarai oleh Patty Jenkins (Monsters) ini cukup menarik perhatian jagat film superhero tahun 2017 silam. Film ini bercerita tentang Diana (Gal Gadot), seorang amazoness yang terpaksa harus keluar dari zona nyamannya ke dunia luar karena harus menyelamatkan dunia dari pengaruh Ares, Dewa Perang, yang mengakibatkan perang terus berkecamuk. Walaupun cerita yang ditawarkan cukup klise layaknya film bergenre serupa, sinematografi yang ditampilkan sangatlah luar biasa. Siapa yang tidak tercengang saat melihat aksi Gal Gadot menghadapi tentara Jerman dalam adegan No Man’s Land?

  1. Roma (2018)

https://www.themoviedb.org

Di nomor empat ada film Roma. Film berbahasa Spanyol karya sutradara Alfonso Cuarón (Gravity) yang juga sekaligus menjadi film semi biografi ini diangkat berdasarkan memorinya mengenai pengasuhnya yang bernama Libo Rodriguez. Yalitza Aparicio, sebagai aktris yang nihil pengalaman rupanya mampu berakting secara luwes dan natural tidak berlebihan. Film ini bercerita tentang Cleo (Yalitza Aparicio), seorang Asisten Rumah Tangga (ART) di Mexico City pada tahun 1970-an yang bekerja di keluarga kelas menengah atas yang dikepalai oleh Antonio (Fernando Grediaga) dan istrinya Sofia (Marina de Tavira). Tugas Cleo sehari-hari adalah membersihkan rumah dan mengurusi keempat anak majikannya. Film ini bukanlah film buat semua orang. Tempo lambatnya mungkin akan membosankan bagi sebagian orang, apalagi pemakaian warna hitam putih ala neorealisme Italia yang tidak dapat diterima semua orang. Namun, dari departemen sinematografi, Alfonso sukses membuat penontonnya terkesima lewat long take dan kelihaiannya dalam mengerakkan kameranya perlahan ke tiap penjuru ruangan mengikuti langkah karakternya sekaligus mengajak penonton untuk mengamati setiap detail mise en scène.

  1. Hidden Figures (2016)

https://www.themoviedb.org

Di nomor lima ada Hidden Figures, film karya sutradara Theodore Melfi (St Vincent) yang tidak hanya diisi oleh aktor aktris papan atas macam Olivia Spencer, Mahershala Ali, Janelle Monáe dll, tetapi juga memiliki pesan dalam menghadapi isu rasisme dan keseteraan gender. Film yang diangkat dari novel nonfiksi dengan judul yang sama berkisah tentang perjuangan Katherine Johnson (Taraji P. Henson), Mary Jackson (Janelle Monae), dan Dorothy Vaughan (Octavia Spencer) yang merupakan wanita berkulit hitam di NASA pada tahun 1961 pada masa segregrasi atau pemisahan berdasarkan warna kulit atau ras masih terjadi. Film ini cenderung berkesan oldschool tanpa gebrakan dari segi teknis maupun segi artistik. Alurnya pun terasa linear tanpa tambahan hal macam-macam. Akan tetapi, performa apik para pemain dapat dikatan mengisi semua kekosongan itu ditambah lagi dengan kepiawaian Theodore dalam menyatakan rasisme secara gamblang, membuat penonton semakin emosional dalam mengikuti adegan demi adegan.

  1. Portrait of a Lady on Fire (2019)
    theberkshireedge.com

Di urutan keenam ada film asal Perancis karya sutradara Céline Sciamma (Girlhood) dengan judul asli Portrait de la jeune fille en feu dan  dibintangi oleh Noémie Merlant dan Adèle Haenel. Walaupun memiliki plot yang sederhana, film ini mengangkat isu-isu feminisme yang cukup dalam terutama tentang pernikahan. Film ini mempunyai beberapa adegan khusus dewasa, jadi yang belum cukup umur, silakan taruh film ini dalam wishlist untuk ditonton di kemudian hari, ya. Dari segi cerita, fil ini mengisahkan  Marianne (Noémie Merlant), seorang pelukis yang mendapatkan tawaran untuk melukis lukisan pernikahan Héloïse (Adèle Haenel). Akan tetapi, seiring berjalannya waktu dan bergantinya hari, kedekatan mereka semakin intim dan membuat Héloïse merasakan apa arti bebas yang sebenarnya.

  1. Kartini (2017)

acmi.net.au

Di urutan terakhir, tentu saja ada film Kartini. Tidak mungkin bukan merayakan Hari Kartini tanpa Kartini? Film garapan sutradara Hanung Bramantyo ini turut menggandeng pemain pemain papan dalam dunia perfilman Indonesia, seperti Dian Sastrowardoyo, Reza Rahadian, Adinia Wirasti, termasuk aktris legendaris Chistine Hakim. Film ini bercetita mengenai kehidupan Kartini (Dian Sastrowardoyo) yang hidup pada masa pemerintahan Belanda di tahun 190- an ketika wanita Jawa pada masa itu hanya mempunyai satu tujuan: menikah.

Itu dia 7 film yang mengandung feminisme versi Sinematografi UI yang pastinya recommended banget buat ditonton pas #DiRumahAja bareng orang tua atau saudara (yang nomor 6 disarankan jangan, ya). Selamat Hari Kartini! Film ini nggak hanya memberikan hiburan semata tetapi juga memberikan kita pengetahuan lebih mengenai isu feminisme yang sebenarnya sering kita temui dalam hidup sehari-hari.

Selamat Hari Kartini!

Jangan lupa untuk kunjungi media sosial Sinematografi UI, di Twitter dan Instagram di @sinematografiui.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *