Review Film EGGNOID (2019) : Film Bertemakan Time Travel yang Menjadi Penyegar dalam Industri Perfilman Indonesia

 

Ini pertama kalinya saya membuat review panjang dan karena itu, saya sedikit bingung bagaimana untuk memulainya. Dosen saya pernah berkata bahwa jika kita ingin membahas sebuah film, maka yang harusnya menjadi fokus adalah bagaimana film tersebut secara teknis, bukan fokus pada isi ceritanya. Maka dari itu, saya akan mulai membahas bagaimana film Eggnoid dalam hal teknik pengemasannya. Film ini cukup bervariasi dalam pengambilan gambar, pergerakan kameranya juga terlihat disesuaikan dengan mood dari suatu scene. Dari segi pencahayaan, setting tempat, penataan artistik, sampai ke editingnya, color gradingnya, dapat saya katakan film ini memanjakan mata. Layaknya menonton drama korea atau Thailand. Penghadiran elemen-elemen masa depannya juga patut diapresiasi. Handphone transparan, cangkang eggnoid, hingga sayap eggnoid yang ada di dada Eggy menjadikan film ini menyegarkan untuk ditonton karena elemen-elemen fantasi tersebut jarang ditemukan di film-film Indonesia. Mungkin dalam hal teknis hanya ada dua hal yang mengganggu saya. Yang pertama adalah ketika screen berubah menjadi hitam seutuhnya atau ketika berubah menjadi putih seutuhnya. Menurut saya, perubahannya terjadi secara kasar seperti hanya menyisipkan foto berwarna full hitam atau full putih ke dalam film. 

 

 

Kedua, ada kesalahan dalam hal script continuity nya yang mungkin saja hanya saya yang menyadarinya. Saat Ran akan bergegas dari kamar pergi keluar mencari Eggy, ia di kamar mengenakan jaket bergambar ayam lalu pergi mencari Eggy, namun di scene selanjutnya, saat ia sedang berada di jalanan mencari Eggy, ia mengenakan jaket berwarna pink. Namun hal itu saya maafkan karena scene saat Ran menemukan Eggy dan Ran menumpahkan kekesalannya pada Eggy merupakan salah satu scene favorit saya dalam film ini, termasuk dengan setting tempat dalam scene tersebut yang menurut saya cukup keren. 

Setelah membahas hal teknis, mari kita beralih ke segi ceritanya. Termasuk mengenai pengembangan ceritanya. Orang-orang yang sudah membaca webtoonnya terlebih dahulu mungkin menyadari bahwa banyak terjadi perubahan ketika dijadikan film. 

 

 

Saya juga agak kecewa karena film ini melewatkan kisah pertumbuhan Eggy dari seekor itik menjadi seekor ayam yang menurut saya sangat menarik untuk difilmkan, melihat Morgan Oey yang saya rasa cukup menggemaskan untuk berperan sebagai Eggy. Bayangkan saja, melihat Eggy kebingungan memakai baju dan menempel terus pada Ran layaknya seekor itik yang baru menetas. Menurut saya justru itu akan menjadi komedi yang menyegarkan ketimbang hanya menampilkan cuplikan Eggy mengatakan “Mama!” pada Ran yang justru awkward bagi saya. Ya, itulah sekiranya komentar saya terhadap filmnya. Eits, tapi saya punya 3 poin yang menarik untuk dibahas terkait film ini yang akan saya jelaskan sebagai berikut:

 

Beberapa hal yang mengingatkan saya pada BTS

Bagi yang belum tahu, BTS adalah boygroup asal Korea Selatan yang tengah berada di puncak karirnya, yang saat ini menjadi ambassador dari Tokopedia yang iklan-iklannya dapat kalian lihat di TV ataupun di MRT dan KRL. Apa hubungannya BTS dengan film Eggnoid? Well, sebenarnya ini adalah pemikiran yang terlintas dalam benak saya sebagai salah satu fans loyal dari BTS. Jadi, perlu diingat bahwa ini bukan benar-benar ada hubungannya. Bisa dibilang cocokologi. But ya, cepat sekali saya menotice salah satu member BTS, Jungkook ketika saya melihat tempat Eggy bekerja bernama Kookie. Selain itu, salah satu scene dimana Ran menyalakan korek api dan mulai bercerita tentang kisah gadis yang menyalakan korek api untuk bertemu dengan orang-orang yang telah tiada mengingatkan saya dengan kisah BTS dalam MV nya yang berjudul Spring Day. Di Music Video tersebut juga mengisahkan tentang Jungkook yang menyalakan korek api dan kemudian bertemu dengan para member BTS lainnya. Dengan dua hal ini, saya mulai berasumsi, mungkin saja penulis ceritanya atau sutradaranya adalah seorang ARMY (sebutan bagi fans BTS). 

 

Time Traveling yang membuat saya banjir air mata

Momen saat Ran dan Eggy pergi ke masa lalu Ran dimana Ran bertemu dengan kedua orangtuanya dan dirinya sendiri saat merayakan ulangtahun di Restoran Cina itu bagi saya adalah scene yang paling paling paling epik dari semua scene yang ada di film Eggnoid. Siapa yang tidak menangis ketika mendapat kesempatan bertemu lagi dengan orangtua kita yang telah tiada, bahkan dapat mengobrol dan memeluk mereka? Jika saya menjadi Ran, mungkin saya sudah menikahi Eggy saat itu juga karena Eggy memberikan saya kesempatan itu. Suatu hal yang mustahil dilakukan di kehidupan nyata. Akting Ran disini pun sangat-sangat bagus. Hal ini menjadikan film Eggnoid tidak kalah dengan film-film lain yang menyuguhkan kisah time travel serupa. 

 

Hal Kecil yang menurut saya paling autentik dari Film ini yang tidak didapatkan di film manapun

Mungkin ini terkesan berlebihan, tapi bagi saya, ketika adegan itu muncul, saya langsung membatin, “akhirnya.. ada juga hal yang autentik dalam film ini, walaupun hanya hal kecil”. Adegan itu adalah ketika Ran selesai mandi dan membuka pintu kamar mandi dan bergantian dengan Eggy yang masuk ke kamar mandi. Saat Eggy masuk, ia melihat ke kaca kamar mandi tulisan Ran <3 Eggy. Tidak seperti biasanya, gambar hati itu digambar Ran tidak sebagaimana mestinya, ia menggambarnya terbalik. Dan jika diperhatikan, gambarnya jadi seperti pantat. Menurut saya, film yang bagus itu salah satunya adalah yang meninggalkan simbol-simbol bermakna. Simbol hati terbalik itu cocok dengan panggilan Ran dan Eggy, yaitu pan dan tat. Saya suka dengan hal kecil ini, walaupun maknanya juga tidak terlalu tinggi banget. Hanya punya makna bahwa hati terbalik itu seperti panggilan Ran dan Eggy, tapi tetap saya katakan bahwa hal kecil ini cukup autentik. Ditambah lagi, saya suka perubahan ekspresi Eggy yang awalnya tersipu malu menjadi bingung saat melihat tulisan Ran <3 Eggy itu. 

 

Bagaimana dengan endingnya?

Jika kalian menanyakan perasaan saya saat melihat endingnya, saya tidak merasa kaget, terharu, sedih, atau bahagia. Saya hanya merasa heran. Banyak yang membuat saya terheran-heran. Heran mengapa si penulis atau pun sutradara memilih ending seperti itu. Tapi saya tidak mau menjelaskan keheranan saya agar tidak terlalu spoiler. Biarkan kalian yang menilai sendiri bagaimana endingnya. 

 

Secara keseluruhan, atau dapat saya simpulkan, memutuskan webtoon Eggnoid untuk dijadikan film menurut saya adalah keputusan yang tepat karena dari segi ide cerita, Eggnoid begitu menyegarkan industri film Indonesia. Dari segi pengembangan cerita, saya apresiasi karena dikembangkan dengan bervariasi sehingga tidak membuat bosen, walaupun menurut saya, banyak sekali yang mengingatkan saya pada pengembangan cerita dalam drama-drama korea, ini mungkin karena saya terlalu banyak menonton drama korea, tapi, itulah yang saya rasakan saat menontonnya sehingga saya tidak kaget dengan hal-hal yang disuguhkan. 

 

 

Seperti bermain dan bercengkrama di rooftop yang sering saya temukan di drakor yang berkisahkan tentang wanita pekerja keras yang biasanya rumahnya selalu mempunyai rooftop, dan wanita itu sering mampir ke rooftopnya bersama teman2 dan pacarnya atau saat Eggy langsung bertindak saat ada yang menjelek-jelekkan Ran sering saya temukan di drakor bertemakan school life. Tapi tetap saja, saya apresiasi karena film ini layak untuk ditonton. Secara teknis dan ceritanya, dapat disimpulkan film ini menyegarkan untuk ditonton, apalagi untuk industri film Indonesia. Semoga saja, akan ada banyak lagi film-film Indonesia yang menyuguhkan hal-hal baru, dan tentunya, semoga saja tidak hanya menghibur, tapi juga menggugah pemikiran para penontonnya. Maju terus perfilman Indonesia!

Dengan ini, saya nyatakan, dengan penilaian saya, bahwa film Eggnoid tahun 2019 mendapatkan nilai 8/10 atau mendapatkan bintang sebanyak 4,0. (Inka Evelyna)

 

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *